TEORI CHAOS #3

Salah satu aspek pengujian kebenaran sebuah teori sains (modern) adalah dengan melakukan eksperimen / pengamatan yang bisa diukur oleh manusia. Tidak semua pengukuran bisa diterima sains. Hasil pengukuran baru bisa diterima jika pengukuran tersebut menghasilkan kesimpulan yang sama saat diulang kembali. Tentu saja pengukuran ulang tersebut harus dilakukan pada kondisi yang sama. Misalnya, kecepatan gelombang suara di udara saat diukur sekarang, besok, minggu depan atau tahun depan harus menunjukkan hasil yang sama.

Namun demikian, bisa jadi sebuah teori sains tidak atau belum bisa dibuktikan namun dipercaya kebenarannya. Teori tersebut disebut dengan postulat. Sebagai contoh, dalam postulat kedua Relativitas Khusus Einstein mengatakan bahwa di dalam ruang hampa, cahaya bergerak dengan kecepatan yang sama (yaitu sekitar 300.000 km/dtk).

Pendapat ini tidak mudah diterima oleh ilmuwan pada masa itu. Bagi pengendara yang berada di dalam kendaraan yang sedang melaju di sebuah jalan raya, kendaraan itu dikatakan diam (secara relatif) terhadap pengendaranya. Tapi bagi pejalan kaki yang dilewatinya kendaraan itu bergerak menjauhinya.

Einstein
Tapi Einstein bersikeras bahwa gerak relatif hanya berlaku bagi semua benda, kecuali cahaya. Pendapat ini terbukti pada eksperimen Michelson dan Morley (1887) yang membuktikan bahwa cahaya bergerak dengan kecepatan yang sama untuk semua pengamat sebagaimana teori Einstein tersebut.

Salah satu prinsip dasar pengukuran adalah bahwa tidak ada pengukuran dunia nyata yang memiliki ketepatan sempurna. Selalu ada kesalahan dalam setiap pengukuran. Semakin baik alat ukur maka tingkat kesalahan yang dihasilkan akan semakin kecil. Demikian pula sebaliknya. Namun betapapun baiknya alat ukur, kesalahan pengukuran tidak akan pernah dapat benar-benar dihilangkan.

Fenomena kesalahan pengukuran ini disebut dengan ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian ini merupakan konsekuensi dari ketidakmampuan manusia membuat instrumen yang dapat mencatat hasil pengukuran dengan jumlah digit tak hingga.

Timbangan
Misalnya, sebuah timbangan memiliki tingkat presisi hingga satu kilogram dengan batas pengukuran sampai 5 kg. Itu artinya, dengan alat itu hasil pengukuran yang mungkin diperoleh hanyalah 1, 2, 3, 4, atau 5. Kita tidak akan menemukan hasil pengukuran 3,5 kg atau 1,4 kg.

Jika timbangan itu kita perbaiki sehingga mampu mengukur dengan ketelitian hingga sepersepuluh kilogram, maka pengukuran yang mungkin dihasilkan adalah : 0,1; 0,2;0,3;…4,9; atau 5,0 kg. Kita mungkin bisa meningkatkan presisi alat tersebut hingga seperseratus bahkan sepersejuta kg. Kita bisa katakan bahwa kita mungkin dapat membuat alat ukur dengan ketelitian 10, 20, atau 1.000.000 digit. Tapi, tak hingga digit?        

Atas alasan ini, sistem chaos yang sebenarnya tidak random (teratur) namun tidak dapat diprediksikan alias  deterministic but unpredictable”.

credit to : http://ahmuzaki.multiply.com/journal/item/3